Museum Purbakala Sangiran
Homo Erectus tersebar secara luas di
berbagai wilayah seperti di Afrika, Eropa, Asia Timur, dan Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Di padang tandus yang bernama Sangiran, Homo Erectus telah
menorehkan sejarah yang panjang, sejak ditemukan oleh G.H.R Von Koeningswald pada
tahun 1934, sangiran telah menjadi pusat perhatian dunia karena temuan di
Sangiran telah memberikan gambaran yang jelas mengenai evolusi budaya, evolusi
fauna, evolusi flora, dan evolusi manusia.
Sangiran telah ditetapkan statusnya
sebagai warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO pada 5 Desember 1996. Salah
satu hal yang dapat dipelajari dari lapisan tanah di Situs Sangiran adalah
proses perjalanan evolusi lingkungan purba sekitar 2 juta tahun lalu tanpa
putus. Di lapisan bawah terdapat lempung biru dari Formasi Kalibeng yang
menunjukkan bahwa Sangiran merupakan daerah laut dalam, Kala Pliosen. Di Kala
Plestosen Bawah, diendapkan lahar vulkanik Gunung Lawu purba yang berada paling
bawah adalah lempung hitam, Formasi Pucangan, hal ini mengubah lingkungan
sangiran menjadi wilayah Rawa.
Periode berikutnya terjadi letusan
hebat gunung yang berada di sekitar Sangiran yang memuntahkan jutaan kubik
materi vulkanis yang menutupi grenzbank di Sangiran, lapisan ini dinamai dengan
Formasi Kabuh. Berikutnya Formasi Notopuro, menutupi Formasi Kabuh berupa
batuan Andesit berukuran kerikil hingga boulder.
Berdasarka kronologinya, kehadiran
Homo Erectus di Sangiran memiliki rentang waktu antara 1,5 juta hingga 0,3 juta
tahun yang lalu, analisis morfologis mengidentifikasi 2 tingkatan evolutif,
yaitu Homo erectus arkaik dari Era Plestosin bawahdan Homo erectus tipik dari
era Plestosin atas, sebenarnya di Sangiran terdapat tipe Homo Erectus yang
lebih maju dan lebih muda yaitu Homo Erectus Progresif yang sementara ini belum
ditemukan di sangiran, melainkan ditemukan di situs Ngandong (Blora),
Sambungmacan (Sragen), dan Selopuro (Ngawi).
Sangiran diketahui sebagiai situs
manusia purba, bermula dari kiprah G.H.R Von Koeningswald di perbukitan
Ngebung. Pada salah satu punggung bukitnya ditemukan sejumlah alat batu berupa
serpih bilah yang terbuat dari kalsedon maupun jasper, meskipun berada di
permukaan namun diperkirakan alat-alat ini berasal dari kala Plestosen Tengah.
Pada tahun 1990 dilakukan penggalian yang sistematis yang menghasilkan temuan
spektakuler berupa sisa manusia, sisa fauna, dan artefak batu secara in-situ,
termasuk alat serpih.
Selain di Ngebung, penggalian juga
dilakukan di tempat lain, diantaranya di pinggir kali Dayu, desa Dayu, kec
Gondangrejo. Di pinggir sungai itu terungkap suatu lapisan tanah yang berupa
lempung hitam formasi pucangan, grenzbank, pasir vulkanik formasi kabuh, dan
endapan teras yang terletak di atas
erosi formasi kabuh.
Selain potensi akan kandungan fosil
manusia dan artefaknya, di Sangiran juga banyak ditemukan fosil-fosil fauna.
Jenis binatangnya pun bervariasi, mulai dari binatang air, reptile,
maupun
vertebrata. Binatang vertebrata paling banyak ditemukan, antara lain Stregodon
sp. dan Elephas sp. (jenis gajah purba), Cervidae (rusa), Bovidae
(kerbau,sapi,banteng), Buaya rawa, ataupun Rhinoceros sp. (badak). Sisa-sisa binatang tersebut
ditemukan kembali di berbagai tingkatan stratigrafi, sehingga secara khusus
mampu memberikan gambaran mengenai evolusi faunal yang pernah terjadi di
Sangiran selama lebih dari 1 juta tahun.
Di Sangiran manusia dapat berdampingan
hidupnya secara harmonis dengan alam binatang yang merupakan bagian dari
lingkungan purba mereka, dan hamper pasti sebagian dari binatang itu merupakan
buruan mereka.
Situs Ratu Boko
Ratu Boko dibangun sekitar abad 9 M oleh Dinasti Syailendra,
yang kelak mengambil alih Mataram Hindu. Sebagai sebuah monumen peninggalan
zaman dahulu, Ratu Boko masih menyimpan misteri. Atribut-atribut yang terdapat
di sini memang mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. Tapi tetap saja para
ahli masih sulit mengindentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan,
istana, benteng, atau candi.
Ratu
Boko memiliki 3 buah teras/ tingkat, yang masing-masing dipisahkan dengan dinding
batu dan benteng. Untuk mencapai teras pertama, kita harus melewati sebuah
gerbang besar yang dibangun dalam 2 tahap. Di sebelah barat teras ini terdapat
sebuah benteng atau Candi Batu Kapur (Temple of Limestone). Dinamakan Candi
Batu Kapur karena ia memang terbuat dari batu kapur. Jaraknya kira-kira 45 m
dari gerbang pertama.
Di
teras yang lain (teras paling besar) lah terpusat sisa-sisa peninggalan. Di
sini kita bisa menemukan antara lain Pendopo (Ruang Pertemuan). Pondasi pendopo
ini berukuran panjang 20 m, lebar 20 m, dan tinggi 1,25 m, terletak di sebelah
utara dari teras ini.
Sedangkan
di sebelah selatan, kita akan menemukan pondasi Pringgitan, berukuran panjang
20 m, lebar 6 m, dan tinggi 1,25 m. Keduanya, pendopo dan pringgitan, dikelingi
oleh sebuah pagar dengan panjang 40 m, lebar 36 m, dan tinggi 3 m. Pagar ini
dilengkapi dengan 3 gerbang beratap di sebelah utara, selatan, dan di sebelah
barat. Tiga buah tangga dibuat untuk mendaki sampai ke pondasi tersebut.
Di
sebelah timur pendopo, terdapat Komplek Kolam Pemandian yang dikelilingi oleh
pagar empat persegi panjang. Komplek ini terdiri dari 3 kelompok. Kelompok
pertama, terdiri dari 3 buah kolam berbentuk persegi empat. Dua di antaranya
memanjang dari utara sampai selatan, dan keduanya dipisahkan oleh sebuah
gerbang. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari 8 kolam bundar yang dibagi dalam
3 baris.
Di
teras ini, kita juga bisa melihat sisa-sisa bangunan yang disebut Paseban
(Ruang Resepsi) yang membujur dari utara ke selatan. Reruntuhan gerbang, pagar
dan landaian juga terdapat di sini.
Selain
itu, juga terdapat Keputren (Istana atau Tempat Tinggal Putri), dimana di
dalamnya terdapat sebuah kolam persegi panjang berukuran 31 x 8 m2 yang
dikelilingi oleh pagar. Pagar ini mempunyai 2 gerbang, masng-masing terletak di
sebelah baratdaya dan timurlaut. Sekitar 60 m dari gerbang ini, kita bisa
melihat reruntuhan batu-batuan, tapi kondisi lantainya masih baik. Dasarnya
berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 m.
Selain
tempat-tempat tersebut, masih banyak reruntuhan yang bisa kita temukan di Ratu
Boko, misalnya saja reruntuhan Gua Laki-Laki (Male Cave) berukuran panjang 3,5
m, lebar 3 m, dan tinggi 1,5 m, serta sebuah gua yang berukuran lebih kecil
lagi, Gua Perempuan (Female Cave).
Ratu
Boko telah menghasilkan banyak sekali artefak, termasuk arca-arca, baik arca
Hindu (Durga, Ganesha, Garuda, lingga, dan yoni), serta arca Buddha (tiga
Dhyani Buddha yang belum selesai). Selain itu, juga ditemukan keramik dan
beberapa prasasti.
Salah
satu prasasti yang ditemukan adalah prasasti Siwagraha. Prasasti ini
menyebutkan peperangan antara Raja Balaputra dan Rakai Pikatan. Karena kalah
perang, Balaputra melarikan diri dan membangun tempat pertahanan di atas kaki
bukit Ratu Boko.
Di
sana juga pernah ditemukan lima fragmen prasasti berhuruf Prenagari dan
berbahasa Sansekerta, Walaupun tidak utuh, prasasti ini masih bisa dibaca.
Isinya berkaitan dengan pendirian bangunan suci Awalokiteswara, salah satu
Buddhisatwa dalam agama Buddha, khususnya aliran Mahayana. Dilihat dari bentuk
hurufnya, prasasti-prasasti tersebut berasal dari abad ke-8 M.
Selain
itu, juga ditemukan tiga prasasti berhuruf Jawa Kuno dalam bentuk Syair
Sansekerta. Dua di antaranya memuat tahun 778 Saka atau 856 M, yang berisi
pendirian lingga Kerttiwasa dan lingga Triyambaka atas perintah Raja Kumbhaya.
Sedangkan prasasti satunya lagi berisi pendirian lingga atas perintah Raja
Kalasodbhawa.
Menggali
sejarah Boko sama saja menarik benang merah antara dua wangsa besar saat itu,
yaitu wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra. Dan kita juga dapat melihat
hubungan antara keraton Boko dan Candi Prambanan. Dimana cerita legenda yang
terkenal adalah Loro Jonggrang.
Dalam
legenda tersebut, Loro Jonggrang adalah anak dari Raja di keraton Boko yang di
dekati oleh Bandung Bondowoso sehingga meminta syarat dibuatkan candi yang
berjumlah 1000 dalam satu malam.
Keraton
Boko adalah sebuah situs peninggalan ‘bekas’ sebuah kerajaan. Tempat tersebut
bukanlah Candi, namun Keraton.
Apabila
kita masuk ke kawasan situ tersebut, akan tampak sebuah Gapura Keraton yang
berdiri megah. Walaupun hanya tinggal separo, namun Gapura tersebut menyisakan
sebuah ‘keangkeran’ dari Keraton megah pada jaman itu.
Dari
pelataran yang luas apabila belok ke arah kanan akan sampai kepada Pendopo
Keraton yang berdenah segi empat dengan ukuran luas 20 x 21 m
Kita
juga bisa melihat sisi lain dari cerita Legenda Boko tersebut:
Prabu
BOKO adalah metafora dari Raja Samaratungga dari wangsa Syailendra. Sedangkan
Bandung Bondowoso adalah metafora dari Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya. Dan
Rorojongrang sendiri adalah metafora dari Pramodhawardani, yaitu istri dari
Rakai Pikatan yang merupakan anak dari Samaratungga.
Ini
adalah perebutan kekuasan keluarga, antara menantu dan ayah mantu yang akhirnya
mengakhiri kekuasaan wangsa Syailendra ( yang membangun candi Borobudur ) dan
digantikan oleh wangsa Sanjaya ( yang membangun candi Prambanan )
HIV / Herpes hakkındaki araştırmam sırasında Hiv / Herpes bilgisine rastladım; google'da STD araması yaparken bulması oldukça kolay olan bilgiler. HIV / Herpes Cured'in komplo olduğunu düşünerek komplo içindeydim. Komplo olmak bir cehaletti, bitkisel ilaç konusunda oldukça ilginç buldum. Bitkisel tedavinin resmi HIV / Herpes web sitelerinde soru sordum ve Hiv / Herpes propagandasını papağanladığımı söyleyen moderatörler tarafından yasaklandım. Bu, Hiv / Herpes tedavisinin olduğuna dair inancımı pekiştirdi. Daha sonra almanca adında bir bayan buldum Achima Abelard Dr Itua Hiv'i tedavi ettim. iki hafta boyunca.Ve bugün hayatımda hiçbir Hiv / Herpes Tedavi Edilmedim, Hiv / Herpes gruplarının Hiv / Herpes Bitkisel Tedavisi hakkında daha fazla bilgi edinmek için insanlarla iletişim kurma girişiminde bulunmaya çalıştım. aynı hastalıkta bu bilgiler size yardımcı olur ve bu bilgiyi diğer insanlara yardım etmek umuduyla yaymak için elimden gelenin en iyisini yapmak istedim. Bu Dr Itua Bitkisel Tıp, acı çeken insanlar için bir umut olduğuna inanmamı sağladı , Şizofreni, Kanser, Skolyoz, Fibromiyalji, Florokinolon Toksisite Sendromu Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Infertilite, Epilepsi, Diyabet, Çölyak hastalığı, Artrit, Amyotrofik Lateral Skleroz, Alziyer hastalığı s.Hiv_ AIDS, Herpes, İnflamatuar barsak hastalığı, Copd, Diyabet, Hepatit, Tasha ve Tara, Conley, Mckinney'i ve her türlü hastalığa karşı çok daha fazla iğrenç olduğunu nasıl tedavi ettiğimi çevrimiçi olarak okudum. Kendisi Tanrı'nın eşsiz bir kalbi olan bir bitkisel doktordur, Contact Emal..drituaherbalcenter @ gmail.com Telefon veya whatsapp .. + 2348149277967.
BalasHapus