1.
Latar Belakang
Peradaban Yunani
Keadaan
alam memiliki andil dalam pembentukan peradaban Yunani, iklim dan geografi
Yunani tidak banyak berubah sejak zaman kuno. Karena terletak di Mediterania,
hujan di daerah ini turun pada bulan September dan Mei. Musim panasnya cukup
lama, matahari bersinar sehari penuh, kering tetapi karena hembusan angin laut,
udara di daerah ini menjadi tidak begitu panas. Pantainya yang berlekuk-lekuk,
curam atau terjal dan dibentengi dengan pegunungan-pegunungan menjadikan alam Yunani
indah dan mempesona, akan tetapi alam Yunani tidak pernah memanjakan
penduduknya. Ladang dan kebun buah-buahan menghasilkan gandum untuk membuat
bir, biji-bijian lainnya, buah-buahan, anggur, madu dan lain-lain.
Daratan
Yunani secara geografis menguntungkan sekali, letaknya memungkinkan
diselenggarakannya navigasi. Daratan dan pulau-pulau dengan pantai-pantainya
yang berlekuk-lekuk menyebabkan pelabuhan-pelabuhan itu terlindungi. Keadaan
geografis Yunani mempermudah adanya Desentralisasi Politik. Di lembah-lembah sungai
Eufrat-Tigris dan Nil merupakan sarana Yunani untuk berhubungan dengan dunia
luar, hal ini menyebabkan terbentuknya kerajaan yang besar. Unit-unit geografis
dan ekonomi yang bersifat alami, lembah-lembah dan daratan rendah juga
merupakan pemisah kesatuan yunit politik. Kesatuan politik itu dikenal dengan
Polis atau Negara Kota (City Style),
yang wilayahnya meliputi kota itu sendiri dan daerah-daerah disekitarya.
Sebagian besar dari Polis-polis itu wilayah kekuasaannya sempit, walaupun Yunani
merupakan negara kecil, namun memiliki banyak polis. Kota-kota di Yunani
rata-rata sebesar kota kecil masa kini, dan sebagian besar penduduknya
merupakan petani.
2.
Sejarah Yunani Awal
Sejarah
polis-polis Yunani dibagi kedalam empat
periode, periodisasi ini dihitung dalam ratusan tahun. Periode pertama sampai
dengan 800 SM adalah zaman pembentukan negara-negara kota. Orang-orang Yunani
mengkonsolidasikan kontrol mereka atas wilayah-wilayah yang diperoleh dari
orang-orang Angea. Periode kedua yaitu dari 800 SM sampai 600 SM merupakan abad
kolonisasi, dimana polis-polis itu mulai cukup kuat untuk mengadakan program ekspansi
ke lur negeri secara ambisius. Periode ketiga yaitu dari 600 SM sampai 400 SM
adalah zaman kejayaan dimana peradaban Yunani
mencapai puncak keemasan. Dalam periode ini perkembangan ekonomi, sosial dan
politik mencapai puncaknya. Periode terakhir setelah 400 SM, Yunani mengalami
kemunduran yang sangat drastis dibidang politik. Pada pertengahan kedua sekitar
abad 4 SM, polis-polis di Yunani kehilangan seluruh kemerdekaannya dan menjadi
bagian dari Kerajaan Macedonia yang diperintah oleh Iskandar Agung. Dua abad
berikutnya polis-polis jatuh ketangan kekuasaan Kekaisaran Romawi.
3.
Bangsa Yunani di Masa
Homerus
Di
masa Homerus, orang-orang Yunani dan Troya bertingkah laku seperti Dewa-dewa
mereka, yakni bertengkar dan mendongkol namun juga memperlihatkan penghormatan
yang tinggi terhadap kesusilaan. Homerus juga memaparkan hal-hal yang tidak
herois, yakni kehidupan sehari-hari bangsa Yunani dalam periode awal. Ekonomi
mereka didasarkan atas hasil-hasil rampasan dan pembajakan laut, disamping pada
pertanian dan perdagangan yang selayaknya. Keluarga Aristokratis yang mengklaim
sebagai keturunan para Dewa dan Dewi dan jika diruntut hingga Zeus, mendominasi
suku dan kelas dalam masyarakat. Aristokrat yang paling kuat dan berani menjadi
raja, misalnya seperti Agamenon di Mycenae. Para Raja pemegang kedudukan khusus
dalam kehidupan keagamaan. Merekalah pemuka agama, mereka memerintah dengan
bantuan Para Arisokrat. Pemerintahan mereka adalah Monarki Absolut.
4.
Zaman Kolonisasi
Awal
kolonisasi merupakan akhir zaman regim Patriarkhat dari masa Homerik. Pada abad
8 SM dan 7 SM, setip polis memiliki koloni-koloninya masing-masing, yang
biasanya merdeka penuh dan tidak tergantung kepada kota induknya. Byzantium
atau kemudian menjadi Konstantinopel dan kini menjadi Istanbul beserta tempat-tempat
tinggal orang Yunani lainnya, membatasi Hellespot atau Dardanella dan Bosporus
(selat yang terkenal yang menghubungkan Angea dengan Laut Hitam). Di Mediterania
koloni orang-orang Yunani mencapai Pantai Gaul dan Spanyol Selatan. Kota Prancis
yang kini bernama Marselles. Di sebelah Selatan Sicilia dan sepanjang Pantai Selatan
Italia terdapat banyak koloni Yunani sehingga daerah itu disebut ”Magna
Graecia” atau “Yunani Besar“. Ekspansi orang-orang Yunani ke seberang Laut
Mediterania terhalang oleh koloni orang-orang Phoenicia di Chartago, yang lebih
dahulu menduduki Sicilia Barat kemudian ke daerah-daerah sepanjang Pantai Utara
Afrika.
Kolonisasi
merupakan ekspresi dari selera orang-orang
Yunani untuk melakukan petualangan dan eksploitasi. Kesusastraan Yunani
penuh dengan kisah-kisah kekejaman, percekcokan di dalam polis-polis itu dan
peperangan-peperangan antar polis yang justru saling menghancurkan.
Ketidakstabilan politik ini bermula dari kehausan akan tanah dan dari tradisi
saling memusuhi di kalangan kolonisator pada zaman Yunani awal. Permusuhan itu
sempat menimbulkan peristiwa berdarah dan menyebabkan Yunani terpecah menjadi
polis-polis yang jumlahnya tak terkira banyaknya.
Meningkatnya
jumlah penduduk secara terus-menerus juga merupakan salah satu sebab adanya
emigrasi. Pada abad 8 SM, penduduk di beberapa polis telah memperluas sumber
alam dan persediaan pangan. Adanya emigrasi bersamaan dengan impor pangan,
tekanan penduduk yang berlebihan dapat diredakan. Ekspansi perdagangan dari luar
menyebabkan timbulnya tekanan baru lagi. Dalam rangka menaikkan ekspor minyak
zaitun dan anggur, para petani Yunani semakin mengkonsentrasikan diri pada
peningkatan hasil panen buah zaitun dan anggur.
Para petani kayu semakin teruntungkan
,sebaliknya para petani yang sudah miskin tidak mampu melakukan hal itu dan
terpaksa harus berhutang kepada para petani kaya. Petani yang mengalami proses
pemiskinan itu bukanlah merupakan satu-satunya hal yang menyusahkan orang-orang
Yunani. Perkembangan perdagangan asing menimbulkan dua kelompok sosial baru
yakni kelas pengusaha, pemilik kapal, dan penenun. Kelas yang lain adalah kelas
pekerja dan buruh pelabuhan serta pelaut. Kedua kelas tersebut tidak senang
melihat kekuasaan politik ada ditangan atau terpusat pada kaum Aristokrat dan
para pemilik tanah kaya.
5.
Perubahan Bentuk
Pemeritahan
Mengikuti
zaman Homerik, golongan Aristokrasi menggerogoti kekuasan raja dan akhirnya
banyak raja yang tak dikenal sama sekali. seorang penguasa yang mengambil alih
kekuasaan. Bentuk pemerintahan ini disebut Tirani. Seorang tiran pada masa itu
tidak mesti harus tiranis seperti pada masa sekarang ini. Di banyak polis,
mereka membuat program yang mantap untuk
memperbaiki kesewenang-wenangan dan kelemahan regim Aristokrasi yang telah
tumbang.
Abad
tirani berlangsung dari 650 SM hingga 500 SM menandai suatu transisi zaman
kolonialisasi ke zaman kejayaan bangsa Yunani. Pada tahun 500 SM banyak polis
memiliki sistem pemerintahan yang dikembangkan oleh para tiran. Tirani
menjadikan sistem pemerintahan lebih teratur dan bertanggung jawab. Dua Polis
yang terkenal adalah Athena dan Sparta, di mana sistem pemerintahannya saling
berlainan. Sparta memiliki pemerintahan Oligarki Militer yang keras dan
terisolir, sedangkan Athena merupakan pusat percobaan besar di bidang Demokrasi.
6.
Sistem Sparta
Sparta
dibangun atas sistem kasta yang kuat yang membagi penduduk menjadi tiga
kelompok. Pertama “ Citizen” atau
orang Sparta sendiri yang terdiri dari para penguasa dan tentara, kelompok
kedua disebut kaum Helot, mereka terdiri dari kaum tani, buruh tani dan menjadi
pelayan orang Sparta, kelompok ketiga adalah Perioikoi yaitu orang-orang yang
tinggal di pinggiran atau sub urban. Baik kaum Helot maupun Perioikoi tidak
memiliki hak politik, mereka tidak mungkin masuk golongan Sparta atau kawin
dengan orang Sparta.
Stratifikasi
sosial tersebut merupakan produk dan sejarah Sparta, Helot dan Perioikoi
merupakan keturunan dari para penakluk yang pada abad sebelumnya datang dari
utara menuju Polopenesus yang terletak disebelah selatan semenanjung Yunani.
Sekitar abad 600 SM orang-orang Sparta menyempurnakan konstitusi mereka. Sistem
Sparta yang sangat militeristis dan defensif menuntut latihan kemiliteran yang
keras dalam masyarakat, penduduk hdup dalam tradisi yang penuh kedisiplinan,
bagi yang cacat dibuang ke gua-gua atau ke gunung-gunung dan di biarkan mati
atau dipungut orang Helot. Pada usia 7 tahun anak laki-laki harus meninggalkan
orang tuanya untuk memasuki pusat latihan militer, penduduk yang dewasa
meneruskan latihan yang keras dan tinggal di barak-barak sampai mereka mencapai
usia 30 tahun.
7.
Institusi-institusi
Sparta
Institusi
Sparta memiliki angkatan bersenjata dengan prajurit-prajuritnya yang sangat
pemberani dan tahan menderita. Orang-orang Sparta hanya mengembangkan segi
kemiliterannya saja dengan mengabaikan segi-segi kehidupan lainnya. Polis yang
semula memiliki peradaban yang berkembang pada periode sebelumnya, hampir sama
sekali tidak menyumbangkan apapun dalam periode yang paling jaya untuk Seni
Ukir, Arsitektur, Drama dan Filsafat Yunani. Sparta terbelakang dibidang
ekonomi, meskipun tanahnya subur dan banyak mengandung tambang besi.
Orang-orang Sparta melihat perkembangan perdagangan dan industrinya dari
segi kebutuhan militernya.
Pengaturan
perekonomian dalam masyarakat Sparta mirip dengan apa yang terjadi di Mesir dan
kesengsaraan hidup, orang-orang Helot mengingatkan kita pada petani mesir di Zaman
Fir’aun. Sparta mirip dengan negara Authoritarian. Penduduk dilarang untuk
menerima kunjungan dari polis-polis lain. Mereka menempatkan polis Rahasia
diantara kaum Helot untuk menanggulangi pemberontakan, para polis Rahasia akan
langsung membunuh orang-orang yang membangkang, ketakutan merupakan dasar dari negara
sparta yakni takut pada uang, takut pada pemberontakan, takut dikalahkan
tentara asing, serta takut pada ide-ide asing.
8.
Kebudayaan Athena
Upacara-upacara keagamaan
Yunani lainnya juga mengandung hal-hal yang serba misterius. Ada ritus-ritus
yang secara sederhana hanya dikenal sebagai Misteri saja, karena sifat-sifatnya
yang sama sekali tidak jelas, sangat rahasia bagi orang awam dan hanya dapat
dimengerti oleh kelompok orang-orang yang menjalani inisiasi. Di tempat-tempat pemujaan, orang-orang Yunani biasanya
mengorbankan barang-barang rumah tangga dan harta milik pribadi. Namun dalam
keadaan kritis mereka akan mengorbankan manusia sebagai persembahan,
pengorbanan manusia ini sangat menonjol dalam legenda tentang Agamemnon,
pemimpin Yunani dalam perang troya.
a. Drama Yunani
Drama Yunani yang merupakan
drama dalam sejarah barat, berasal dari festifal-festifal keagamaan setempat.
Nyanyian dan Tarian yang mereka pentaskan untuk menghormati Dionysos, Dewa
Anggur, selama abad 6 SM menjadi drama rutin mereka. Tema-tema drama itu pada
umumnya bercorak tragedi dan tetap mempertahankan sifat-sifat keagamaannya.
Drama itu dipentaskan di teater terbuka di lereng Bukit Acropolis, drama ini
diiringi dengan paduan suara yang dianggap sebagai suatu reaksi yang manusiawi
terhadap pertunjukan yang tengah di pentaskan.
Dalam suatu penegasan yang
terkenal, Aristoteles menyatakan bahwa tragedi mempunyai maksud untuk
menggerakkan “katharsis” atau
membersihkan emosi penonton. Drama tragedi Yunani lainnya yang mengisahkan
tentang orang-orang hukuman yang perbuatannya penuh dengan kejahatan adalah “antigone”. Drama ini adalah karya
Spochles, drama terbuka dengan menampilkan Creon, Raja Thebes, yang telah
berhasil menakhlukkan sebuah pemberontakan.
b. Komedi
Drama komedi maupun tragedi
berasal dari festival-festival keagamaan bangsa Yunani. Pertunjukan drama
komedi dimaksudkan untuk mengajak penonton berpikir, melepaskan emosi melalui
lelucon-lelucon yang bisa membuat mereka tertawa. Penulis drama terkenal,
Aristhopanes, yang menspesialisasikan diri pada cerita-cerita yang berupa
sindiran atau satire, namun lucu, aneh dan fantastis. Warga Athena menyukai
drama skeptis ini, selain drama mereka juga menaruh minat yang besar terhadap
Sokrates dan Filsuf-filsuf lainnya yang nampaknya kurang menghargai ajaran
Polytheisme lama.
c. Seni Bangunan dan Seni
Pahat
Seni Arsitektur Yunani
kualitasnya tidak kalah dengan prestasi yang dicapai kesusastraan, Arsitektur
Yunani ditandai denganadanya pilar-pilar dan marmer atau batu pualam, seperti
yang terletak di Parthenon dan bangunan lainnya di Acropolis, Arsitektur Yunani
merefleksikan keagungan dan kesederhanaan konstruksinya. Parthenon yang
didirikan antara 447 hingga 432 SM merupakan satu prestasi besar dalam proyek
penyempurnaan kembali Acropolis di bawah Pericles.
Tiang-tiang di Parthenon
berdiri langsung dari lantai bangunan itu dan berakhir pada bagian ujungnya
yang berbentuk kapital dalam blok yang sederhana. Parthenon kini tinggal
reruntuhannya, dan karya-karya yang agung Arsitektur Yunani lainnya telah lama
merana semenjak Zaman Pericles. Demikian pula dengan seni patung Yunani, yang
banyak diantaranya diketahui hanya dari tiruan-tiruan dari Zaman Romawi atau
dari keterangan-keterangan tertulis. Seni Patung Yunani, seperti halnya dengan
sastra, tidak semata-mata enunjukkan ciri-ciri religius. Para pematung dari
Zaman Pericles sangat menonjolkan anatomi tubuh manusia.
d. Ilmu Pengetahuan
Para arsitek Yunani selain sebagai ilmuan juga sebagai
seniman. Untuk menciptakan ilusi penglihatan bagi penonton Parthenon
benar-benar membutuhkan pengetahuan yang
dalam akan geometri dan fisika. Ketika itu muncul seorang Pytagoras, yang
setelah Persia menakhlukkan pulau kelahirannya itu ia mendirikan sebuah sekolah
untuk mengkaji Matematika di Croton,
Magna Gracia. Para pengikutnya menemukan hukum geometri, yang kemudian di kenal
dengan dalil Pytagoras.
Евтгра, 철로 토배당 보기 б� 기 토배 토배 토배 토배 토배 토배 토배 토배 dafabet dafabet betway login betway login 899judo 먹튀, SWEETBEL, PICKSAFA
BalasHapus