JANGAN PERNAH MELUPAKAN SEJARAHMU

JANGAN PERNAH MELUPAKAN SEJARAHMU
Suasana MK 2011

September 07, 2013

SEPENGGAL SEJARAH PEREKONOMIAN JATIM


Perekonomian di Indonesia mencapai kejayaan pada pertengahan abad-19 sampai abad-20an, ekonomi Indonesia telah berada pada posisi Preconditions for take-off. Pierre Van Der Eng, rata-rata pertumbuhan dan tingkat pendapatan rill perkapita indonesia pada saat itu sama seperti yang dicapai oleh Jepang.
Surabaya yang pada saat itu berkedudukan sebagai pusat perdagangan, mampu mengalahkan Batavia (sekarang Jakarta). Porsi Surabaya dalam ranah perdagangan sangatlah besar, bahkan menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Jawa. Pada perempatan kedua abad ke-19 wilayah keresidenan ini telah menjadi satu kawasan ekonomi yang penting, baik sebagai penghasil komoditi ekspor, industry, maupun perdagangan. Pada tahun 1880-an, kaum kapitalis asing banyak melakukan ekspansi ekonominya dengan menanamkan modalnya pada sektor perkebunan. Dengan semakin banyaknya investasi asing masuk wilayah ini, menjadikan Surabaya menjadi salah satu kawasan yang penting, khususnya dalam perdagangan internasional.

Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 wilayah ini menjelma kembali sebagai kawasan ekonomi yang penting, baik sebagai penghasil komoditas ekspor, industri maupun sebagai pusat perdagangan. Terutama ketika masa tanam paksa berlangsung, pemerintah colonial yang mewajibkan penanaman Tebu dalam sekala besar, mengakibatkan wilayah Jawa Timur, khususnya Surabaya menjadi sentra perdagangan.  Pada masa ini pula Surabaya menjadi pintu gerbang masuknya barang-barang industri dan eropa ke wilayah Surabaya dan sekitarnya. Perkembangan Ekonomi Surabaya yang ditulis dalam buku ini, berkisar antara tahun 1830-1930.
Ada banyak pendapat yang menyatakan tentang asal-usul nama Surabaya, ada yang mengatakan bahwa nama Surabaya diadopsi dari bahasa Portugis, yang artinya adalah pelabuhan yang aman. Sedangkan menurut pendapat masyarakat jawa yang kaya akan mitos dan legenda mengatakan, bahwa nama Surabaya berasal dari kata Sura (Hiu), dan Baya (Buaya), karena nama ini berasal dari hasil perkelahian yang terjadi antara Sura dan Baya, atau dalam versi lain mengatakan bahwa Sura adalah bangsa Mongol yang pada waktu itu ingin menakhlukkan, Baya atau Majapahit. Dan tempat pertempuran yang terjadi di sekitar pantai itu kemudian diberi nama Surabaya, yang untuk sementara ini penanggalan paling tua menunjukkan angka 1358 M, yaitu dalam Prasasti Trowulan I.
Kebijakan ekonomi untuk jawa mengalami perubahan lagi, yaitu ketika Inggris berkuasa (1811-1816). Stamford Raffles, yang pada waktu itu ditunjuk untuk  mewakili penguasa Inggris untuk “Indonesia”, mengadakan serangkaian perombakan-perombakan dalam bidang ekonomi dan pemerintahan. Otoritas Bupati dalam memerintah mulai berkurang drastis, bahkan mulai dihapuskan pada masa Raffles. Dengan demikian Rafless telah mengahkiri suatu sistem dimana bupati bertanggung jawab atas Pajak wajib dan upeti (kecuali di wilayah Priangan), sewa (upeti) tidak dikumpulkan oleh Bupati, akantetapi dikelola oleh petani sendiri, yang kemudian langsung diserahkan kepada staf pemerintah yang ditunjuk.
Pada tahun 1830, Johannes van De Bosch sebagai gubernur jendral baru, ia mendapat tugas untuk merehabilitasi perekonomian Belanda dan secepat mungkin membayar hutang- hutang yang kian melambung, tugas ini tentu saja merupakan tugas yang berat bagi van De Bosch, untuk itu ia harus berpikir keras dan menentukan pilihan terbaik guna memperoleh keuntungan sebesar mungkin dari negara  jajahan. Dalam rangka melaksanakan tugasnya ini, ia kemudian memberlakukan skema baru kebijakan ekonomi untuk daerah jajahan. Sistem tanam Paksa (cultuurstelsel) mulai diberlakukan oleh Van Den Bosch, sebagai satu kebijakan yang di anggap paling tepat untuk kondisi Hindia belanda adalah mengganti sistem semi liberal, yang telah dilaksanakan sejak tahun 1811- 1829 yang dianggap kurang dapat meningkatkan produksi tanaman ekspor.
Dalam sistem tanam paksa tentunya tidak meninggalkan unsur yang sangat penting, yaitu Tanah dan Perkebunan, dalam hal ini tanah dibagi menjadi dua, yakni tanah Komunal dan tanah Bengkok. Tanah milik komunal adalah hak pemilikan dimana individu tidak memiliki hak langsung atas tanah , tetapi menjadi bagian dari masyarakat yang memiliki hak atas tanah . Tanah bengkok adalah sawah yang diperuntukkan bagi pejabat untuk dimanfaatkan secara pribadi, tanah bengkok  ini merupakan hak para pejabat yang berkuasa. tanah- tanah ini digolongkan atas dua macam yaitu untuk para penguasa pribumi (bupati dan wedana) yang tinggal di kota-kota dan para lurah atau pejabat desa. Golongan tanah pertama adalah tanah  apanage yang diperuntukkan bagi keluarga raja dan para birokrat. Di Karesidenan Surabaya tidak semua tanah cocok untuk ditanami komoditi ekspor, sebagaimana yang telah direncanakan oleh Van De Bosch. Perkebunan terbesar saat itu berada di Malang dan Mojokerto.
Usaha pemerintah pada saat itu adalah menanam komoditi yang paling laku dipasar Internasional, yakni Tebu, banyak sekali usaha yang ditempuh dalam meningkatkan produksi gula pada awal penerapan sistem tanam paksa, pada awal tahun 1830. Teknologi penanaman gula pada tahun 1862 adalah ditanam dengan jarak 18 dm, dengan perkecualian tempat-tempat tertentu dengan jarak 15dm.
Kopi merupakan salah satu tanaman wajib dalam sistem tanam paksa, tanaman ini masih membutuhkan  sarana manufaktur dan bernilai lebih bagi warga eropa, oleh karena itu Van Den Bosch sejak kedatangannya di Jawa aktif mempromosikan penanaman kopi besar-besaraan di jawa. Terutama pada saat itu yang terbesar merupakan kebun kopi di Malang dan Mojokerto, namun pada dua tahun pertama, tanamankopi itu gagal panen, karena para petani tidak sanggup merawatnya.
Kemajuan ekspor impor Surabaya tahun 1870-1910
Penerapan sistem tanam paksa yang menggantikan sistem ekonomi liberal pada tahun 1870, telah membuka era baru dalam sejarah ekonomi Surabaya, investor asing diundang untuk menanamkan modalnya secara besar-besaran di Karesidenan Surabaya.
Apabila dilihat dari kemajuan pelayaran di Surabaya terjadi bersamaan dengan kmajuan perdagangan. Pada masa pemerintahn Raffles pelayaran masih belum menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Raffles mencatat dalam bukunya The History Of Java rata-rata tenaga tahunan kapal yang keluar dari palabuhan Surabaya, selama tiga tahun yakni tahun 1830-1813 adalah sekitar 30000 ton. Pada pertengahan abad 19, jumlah tonage kapal-kapal yang keluar dari pelabuhan Surabaya, mencapai angka dua kali lipat bahkan sampai tiga kali lipatnya dibanding pada masa Raffles.
            Kala itu di Surabaya terkenal dengan perusahaan perahunya, namun selain itu aktivitas bidang perkapalan lainnya di Surabaya juga mulai bermunculan. Pada tahun 1850 Cores Vries membuka hubungan bulanan antara Surabaya dan Makassar, ia melakukan pelayaran dengan sebuah kapal uap kecil bernama “Langen Lamongan“ dari Charies Etty. Pada tahun 1857 di Surabaya, didirikan lagi sebuah perusahaan perkapalan yang diberi nama “Java’s Welvaren“. Kapal-kapal uap milik perusahaan ini melakukan pelayaran secara teratur mengunjungi kota-kota seluruh pantai utara Jawa dan antara Batavia-Singapura. Di samping itu hubungan teratur antara Batavia dari Surabaya,antara Surabaya dan Besuki dll.
Keadaan pelayaran di Surabaya turut mengalami gangguan selama masa depresi ekonomi tahun 1930, hal ini dikarenakan adanya kenaikan cukai impor yang diberlakukan di hampir semua negara. Dalam mengantisipasi kerugian yang lebih besar pemerintah kolonial mengambil tindakan, yaitu dalam bentuk semakin diperketatnya tingkat muatan bagi sejumlah produk, namun tanpa menimbulkan gangguan peningkatan jumlah angkutan yang berarti.
Epilog  keuntungan finansial yang diperoleh pemerintah kolonial dari Jawa pada periode 1830-1860 mengalami keuntungan, terutama dari sistem tanam paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1830 merupakan ide brillian dari seorang gubernur jenderal yang bernama Van Den Bosch, tujuan pokoknya adalah meningkatkan kapasitas pertanian komoditi ekspor orang-orang jawa demi keuntungan pemerintah Belanda.   
Dari sistem tanam paksa, meskipun banyak masyarakat pribumi yang dipaksa menanam tidak sesuai dengan keinginan mereka, namun hal ini juga berdampak positif terhadap pengetahuan masyarakat pribumi akan bercocok tanam, dan mengenal barang produksi yang lebih maju, seperti kereta api, lori, rel dan pabrik-pabrik produksi.

1 komentar:

  1. HIV / Herpes hakkındaki araştırmam sırasında Hiv / Herpes bilgisine rastladım; google'da STD araması yaparken bulması oldukça kolay olan bilgiler. HIV / Herpes Cured'in komplo olduğunu düşünerek komplo içindeydim. Komplo olmak bir cehaletti, bitkisel ilaç konusunda oldukça ilginç buldum. Bitkisel tedavinin resmi HIV / Herpes web sitelerinde soru sordum ve Hiv / Herpes propagandasını papağanladığımı söyleyen moderatörler tarafından yasaklandım. Bu, Hiv / Herpes tedavisinin olduğuna dair inancımı pekiştirdi. Daha sonra almanca adında bir bayan buldum Achima Abelard Dr Itua Hiv'i tedavi ettim. iki hafta boyunca.Ve bugün hayatımda hiçbir Hiv / Herpes Tedavi Edilmedim, Hiv / Herpes gruplarının Hiv / Herpes Bitkisel Tedavisi hakkında daha fazla bilgi edinmek için insanlarla iletişim kurma girişiminde bulunmaya çalıştım. aynı hastalıkta bu bilgiler size yardımcı olur ve bu bilgiyi diğer insanlara yardım etmek umuduyla yaymak için elimden gelenin en iyisini yapmak istedim. Bu Dr Itua Bitkisel Tıp, acı çeken insanlar için bir umut olduğuna inanmamı sağladı , Şizofreni, Kanser, Skolyoz, Fibromiyalji, Florokinolon Toksisite Sendromu Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Infertilite, Epilepsi, Diyabet, Çölyak hastalığı, Artrit, Amyotrofik Lateral Skleroz, Alziyer hastalığı s.Hiv_ AIDS, Herpes, İnflamatuar barsak hastalığı, Copd, Diyabet, Hepatit, Tasha ve Tara, Conley, Mckinney'i ve her türlü hastalığa karşı çok daha fazla iğrenç olduğunu nasıl tedavi ettiğimi çevrimiçi olarak okudum. Kendisi Tanrı'nın eşsiz bir kalbi olan bir bitkisel doktordur, Contact Emal..drituaherbalcenter @ gmail.com Telefon veya whatsapp .. + 2348149277967.

    BalasHapus