Konflik yang
terjadi di Thailand Selatan ini merupakan konflik yang sudah terjadi sejak abad
ke-19 ('Krisis
Paknam), dan
setelah adanya pembagian batas wilayah Thailand Selatan (Patani, Yala, Narathivat dan Satun) yang
menjadi kekuasaan kerajaan Thai yang disetujui oleh Inggris[1].
Kawasan Patani, Yala, dan Narathiwat, secara budaya masyarakat di wilayah ini
merupakan masyarakat melayu dan sangat berbeda dengan Thailand (Siam), di
wilayah ini islam berkembang dengan sangat pesat (karena masih memiliki ikatan
darah dengan etnis Melayu) karena wilayah yang masih serumpun, dan berbeda
dengan Thailand yang mayoritas beragama Budha. Sekitar tahun 1930-an, terjadi
perubahan sistem pemerintahan di Thailand, di mana sistem monarki absolut berganti
menjadi sistem monarki parlementer, di mana parlemen didominasi oleh
orang-orang dari kalangan militer. Pergantian sistem pemerintahan tersebut
lantas diikuti dengan semakin radikalnya kebijakan pemerintah pusat Thailand
terhadap wilayah-wilayah di Thailand selatan.
Diskriminasi penguasa Thailand semakin terlihat setelah munculnya peraturan-peraturan lokal, masyarakat Thailand Selatan yang berbasiskan Islam harus dihapuskan & masyarakat Thailand selatan diharuskan memakai aksara serta bahasa Thai, menggantikan bahasa Melayu yang selama ini mereka pakai. Puncaknya rasa tidak suka masyarakat lokal kepada pemerintah pusat, akhirnya berujung pada munculnya kelompok-kelompok bersenjata yang anti pemerintah pusat, kelompok bersenjata yang terbesar yang ada yaitu Patani United Liberation Organization (PULO)[2].
Diskriminasi penguasa Thailand semakin terlihat setelah munculnya peraturan-peraturan lokal, masyarakat Thailand Selatan yang berbasiskan Islam harus dihapuskan & masyarakat Thailand selatan diharuskan memakai aksara serta bahasa Thai, menggantikan bahasa Melayu yang selama ini mereka pakai. Puncaknya rasa tidak suka masyarakat lokal kepada pemerintah pusat, akhirnya berujung pada munculnya kelompok-kelompok bersenjata yang anti pemerintah pusat, kelompok bersenjata yang terbesar yang ada yaitu Patani United Liberation Organization (PULO)[2].
Konflik yang
terjadi di Thailand selatan ini kerap dipandang sebagai konflik antar agama
semata antara muslim Melayu di Thailand selatan melawan orang Thai (Buddha)
yang mendominasi pemerintahan pusat Thailand. Namun jika kaji lebih mendalam,
ada begitu banyak faktor yang menyebabkan konflik ini timbul selain faktor perbedaan
agama, faktor-faktor seperti kesenjangan sosial, politik dan tindakan kasar
aparat keamanan, diskriminasi rasial, serta faktor ekonomi yang tidak begitu
diperhatikan oleh pemerintah Thailand pusat. Pada tahun 1960 sebuah organisasi
bersenjata yang bernama Barisan Revolusi Nasional (BRN)[3],
yang dipelopori Ustad Haji Abdul Karim Hassan melakukan pemberontakan
dimana-mana, organisasi ini berideologi Islam, meskipun pernah mampu menggoyahkan pemerintahan,
organisasi ini tidak berkembang pesat.
Berawal dari
sejumlah orang Thailand selatan yang merasa bahwa aksi-aksi perlawanan
bersenjata terhadap pemerintah pusat terlalu minim, da serangan mereka yang
mudah dipatahkan, mereka kemudian membentuk kelompok pemberontak baru yang
bernama Patani United Liberation Organization (PULO).
Gambar: Bendera PULO (Pattani United)
PULO adalah sebuah Organisasi Pembebasan Patani Bersatu, organisasi ini terbentuk pada tahun 1968. Dalam pergerakannnya, selain melalui angkat senjata organisasi ini juga melakukan kegiatan sosial untuk meningkatkan taraf pendidikan & kesejahteraan para penduduk, sehingga menarik perhatian masyarakat Patani untuk bergabung, namun dalam kenyataannya anggota PULO tidak pernah mencapai 400 orang. Sekitar tahun 1993 & 1995, PULO terpecah dan sebagaian anggotanya membentuk NEW PULO[4] yang pergerakannya lebih agresif karena bermotif perjuangan bersenjata saja.
Gambar: Bendera PULO (Pattani United)
PULO adalah sebuah Organisasi Pembebasan Patani Bersatu, organisasi ini terbentuk pada tahun 1968. Dalam pergerakannnya, selain melalui angkat senjata organisasi ini juga melakukan kegiatan sosial untuk meningkatkan taraf pendidikan & kesejahteraan para penduduk, sehingga menarik perhatian masyarakat Patani untuk bergabung, namun dalam kenyataannya anggota PULO tidak pernah mencapai 400 orang. Sekitar tahun 1993 & 1995, PULO terpecah dan sebagaian anggotanya membentuk NEW PULO[4] yang pergerakannya lebih agresif karena bermotif perjuangan bersenjata saja.
Pada
tahun 1997 dibentuklah kelompok pemberontak bersatu dengan slogan: "Operasi
Daun Gugur" (Operation Falling Leaves). Dalam operasi militer tersebut,
para personil Bersatu melakukan aksi-aksi penembakan, pemboman, &
pembakaran yang terkoordinir di mana aksi-aksi tersebut mengakibatkan 9 korban
tewas & kerugian material yang sangat besar. Pemerintah pada waktu itu juga
melakukan dengan perdana menteri Malaysia, Mahattir Muhammad, sehingga banyak
tokoh pemberontakan yang bersembunyi di Malaysia berhasil ditangkap. Pemerintah
juga menetapkan Badan Otonomi Khusus Thailand Selatan, sehingga masyarakat
berangsur-angsur mulai menemukan kedamaian.
Namun pada
tahun 2001, Badan Otonomi khusus itu dihapuskan
dari wilayah Thailand Selatan, sehingga pada akhir tahun 2001
pemberontakan besar kembali terjadi dan munculnya kelompok bersenjata yang
identitasnya tidak diketahui mengakibatkan 5 anggota polisi dan seorang relawan
keamanan desa tewas. Tahun demi tahun pemberontakan dan penyerangan di Thailand selatan terus
mengalami peningkatan dari sekitar 75 kasus di tahun 2002, meningkat menjadi
119 kasus di tahun 2003. Pada tanggal 28 April 2004, sekitar 100 orang anggota
milisi menyerang 10 pos militer di Thailand selatan. Serangan tersebut berhasil
dipatahkan dan sebagian dari milisi tersebut kemudian bersembunyi di Masjid
Krue Se, sebuah masjid yang sangat disakralkan oleh penduduk muslim lokal. Para
tentara yang mengejar milisi kemudian menembaki masjid & menewaskan
milisi-milisi yang bersembunyi di dalamnya. Peristiwa tersebut spontan memunculkan
kemarahan para penduduk muslim lokal, dan sejak saat itulah
perjuangan-perjuangan yang terjadi di Thailand Selatan mulai di kait-kaitkan
dengan agama islam garis keras dan munculnya Jihad[5].
Sejak awal tahun
2005, organisasi-organisasi pergerakan yang berideologi Islam mulai terbentuk,
misalnya Gerakan Mujahidin Islam Patani (GMIP) dan Barisan Islam Pembebasan
Patani (BIPP). Selain kelompok-kelompok baru tersebut, para "pemain
lama" seperti PULO & BRN juga muncul kembali. Jumlah anggota
pemberontak pada fase ini meningkat tajam, jika dibandingkan dengan konflik
pada fase-fase sebelumnya yang hanya melibatkan ratusan orang. Sejumlah
pemberitaan menyebutkan bahwa, jumlah orang yang terlibat dalam aksi-aksi penyerangan
& vandalisme pada waktu itu mencapai 30.000 orang. Para militan ini, selain
melakukan aktivitas pemboman, juga sering melakukan aksi-aksi penembakan &
pemotongan kepala kepada orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka, termasuk
kepada para pemuka agama setempat. Bahkan setelah berakhirnya rezim Thaksin Shinawatra,
yaitu pada bulan Agustus 2006 pemberontak meledakkan 22 bank di kota Yala,
selain itu kasus baru-baru ini tepatnya pada tanggal 9 Februari 2012, sebuah bom
truk meledak di Thailand selatan dan mengakibatkan sekurang-kurangnya 1 orang
tewas, dan tanggal 31 Maret 2012 kembali menimbulkan korban di Yala sebanyak 3
orang. Korban tewas akibat konflik yang terjadi dari tahun 2004-2012 ini lebih
dari 5000 jiwa.
Hingga saat
ini pemerintah Thailand sebenarnya telah mengambil berbagai tindakan tegas
dalam mengatasi pemberontakan di wilayah Thailand Selatan ini, diantaranya
dengan adanya kerjasama militer dengan Amerika Serikat, China, Malaysia dan
negara-negara lain dalam menangani konflik berkepanjangan yang terjadi di
kawasan Thailand Selatan ini. Namun sampai saat ini terorisme dan konflik masih
belum juga dapat diatasi.
Kesimpulan:
Sejak bergabung kedalam National State Of Thailand tahun 1902, telah banyak
terjadi pemberontakan yang telah terjadi di wilayah Thailand Selatan ini, mereka
memiliki dua latar belakang pergerakan yang kuat yaitu:
ü Ikatan Keagamaan yang kuat yakni agama Islam yang telah berkembang di
Thailand Selatan.
ü Memperjuangkan Originalitas etnik melayu, yang merupakan nenek moyang
mereka, dan dari mana mereka berasal.
Mereka menolak untuk meninggalkan budaya dan cara-cara hidup lama mereka,
mereka dipaksa oleh pemerintah untuk menjalankan asimilasi sepenuhnya kearah
cara hidup Thai, dengan kata lain orang Melayu Muslim akan dijadikan sebagai
Orang Thai (penghilangan Identitas), serta merubah agama mereka dari Islam
Menjadi Buddha. Pemerintah dalam hal penanganan telah melakukan banyak hal
untuk meredam pemberontakan, dengan cara militer dan peningkatan perekonomian
Masyarakat Patani, Yala, Narathivat dan Satun. Namun, langkah-langkah yang
diambil pemerintah masih belum membuahkan hasil hingga saat ini. Dibuktikan dengan
masih banyaknya pemberontakan yang terjadi di Thailand Selatan sampai saat ini.
Organisasi-organisasi perjuangan banyak dibentuk dikala itu, diantaranya: BRN, PULO, GMIP, BIPP, milisi-milisi
anti-Thailand, dan munculnya militansi Islam, terutama setelah
tragedi penembakan Masjid Krue Se, masjid yang dianggap keramat oleh warga muslim lokal, sehingga
masyarakat muslim geram dan memilih untuk angkat senjata, sejak saat itulah agama
islam dibawa-bawa dan Jihad menjadi Slogan utama pergerakan Patani.
Pemerintah
hendaknya tidak memaksakan kehendak masyarakat untuk memakai budaya yang telah
ada dan telah diwariskan oleh nenek moyangnya, karena pada dasarnya masyarakat
Asia tenggara adalah masyarakat yang memiliki perbedaan budaya, dan itulah yang
menjadi keunikan dari Asia Tenggara itu
sendiri. Mekipun wilayah itu merupakan satu daerah kekuasaan, seperti di
Indonesia sendiri yang budayanya beraneka-ragam. Selain itu, dengan adanya
kekuasaan yang berbasis militer tidak menjamin ketentraman suatu negara
(mengaca dari Thailand selama ini), dan hendaknya hal ini dijadikan tolak ukur
keberhasilan bagi negara-negara lain terutama Negara-negara di Kawasan Asia
Tenggara.
Daftar Pustaka:
Aphornsuvan, thanet. 2004. Origins of Malay Muslim
“Separatism” in Southern Thailand. Asian Research Institute: University of Singapore.
Chalk, Peter. The Malay-Muslim
Insurgency in Southern Thailand. http://www.rand.org/
[1] Karena Thailand
pada waktu itu merupakan wilayah jajahan Inggris, peristiwa ini terjadi pada 20
Desember 1910. Sumber Data: Indro
Dwi Haryono dari: Yunariono
Bastian, Paradigma, Jurnal Hubungan Internasional FISIP UPN “Veteran”
Yogyakarta, Volume 7, Juni 2003 (PDF).
[2] PULO: Organisasi
Sosial Semi Militer yang pernah dibentuk untuk menggulingkan pemerintahan yang
semena-mena, pemerintah Thailand terhadap wilayah Selatan (Patani, Narahitvat,
Yala dan Satun).
[3] BRN: Organisasi
yang dibentuk pada tahun 1963 oleh Ustaz Karim Haji Hassan. Sumber: http://www.start.umd.edu/start/data_collections/tops/terrorist_organization_profile.asp?id=4457
[4] NEW PULO: Organisasi yang berdiri
karena tidak puasnya anggota PULO terhadap kinerja dan hasil yang telah dicapai
PULO, organisasi ini bersifat keras dan radikal. Sumber: http://www.start.umd.edu/start/data_collections/tops/terrorist_organization_profile.asp?id=4616
[5] Jihad: Perang di jalan Allah,
sebuah paham yang dianut oleh militan-militan islam dan mayoritas islam yng
berjuang di jalan Allah, sekaligus slogan pembawa semangat para pejuang islam,
karena jika mereka gugur akan dikatakan mati Sahid.
HIV / Herpes hakkındaki araştırmam sırasında Hiv / Herpes bilgisine rastladım; google'da STD araması yaparken bulması oldukça kolay olan bilgiler. HIV / Herpes Cured'in komplo olduğunu düşünerek komplo içindeydim. Komplo olmak bir cehaletti, bitkisel ilaç konusunda oldukça ilginç buldum. Bitkisel tedavinin resmi HIV / Herpes web sitelerinde soru sordum ve Hiv / Herpes propagandasını papağanladığımı söyleyen moderatörler tarafından yasaklandım. Bu, Hiv / Herpes tedavisinin olduğuna dair inancımı pekiştirdi. Daha sonra almanca adında bir bayan buldum Achima Abelard Dr Itua Hiv'i tedavi ettim. iki hafta boyunca.Ve bugün hayatımda hiçbir Hiv / Herpes Tedavi Edilmedim, Hiv / Herpes gruplarının Hiv / Herpes Bitkisel Tedavisi hakkında daha fazla bilgi edinmek için insanlarla iletişim kurma girişiminde bulunmaya çalıştım. aynı hastalıkta bu bilgiler size yardımcı olur ve bu bilgiyi diğer insanlara yardım etmek umuduyla yaymak için elimden gelenin en iyisini yapmak istedim. Bu Dr Itua Bitkisel Tıp, acı çeken insanlar için bir umut olduğuna inanmamı sağladı , Şizofreni, Kanser, Skolyoz, Fibromiyalji, Florokinolon Toksisite Sendromu Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Infertilite, Epilepsi, Diyabet, Çölyak hastalığı, Artrit, Amyotrofik Lateral Skleroz, Alziyer hastalığı s.Hiv_ AIDS, Herpes, İnflamatuar barsak hastalığı, Copd, Diyabet, Hepatit, Tasha ve Tara, Conley, Mckinney'i ve her türlü hastalığa karşı çok daha fazla iğrenç olduğunu nasıl tedavi ettiğimi çevrimiçi olarak okudum. Kendisi Tanrı'nın eşsiz bir kalbi olan bir bitkisel doktordur, Contact Emal..drituaherbalcenter @ gmail.com Telefon veya whatsapp .. + 2348149277967.
BalasHapus